Proyek Tari SBK
Anggota kelompok :
- Gabriela Floretta Jocelyn B. No (10)
- Benedict Salsadame Sidauruk (6)
- Johanna Eka Paramita (15)
- Maria Sindi Chayani (22)
Tari Tor-tor
a. Judul tarian : Tari Tor-tor
b. Asal daerah : Sumatera Utara
c. Jenis tari : Tari Pangurasan
d. Jumlah penari : empat (4)
e. Kesan tentang tarian tersebut : Kami sekelompok merasa sangat senang dengan mempelajari dan mempraktekkan tarian Tor-tor ini karena tarian dan lagunya begitu mengasyikan.
f. Keunikan tari, meliputi gerak, kostum, musik, properti, dan sebagainya :
1. Sebagai media komunikasi
2. Di iringi dengan musik Gondang
3. Penggunaan kain ulos pada properti
Sejarah singkat tarian tor tor
Tari tradisional dari Sumatera Utara ini diperkirakan sudah ada sejak zaman Batak purba. Akan tetapi, pakar tari tor tor mengatakan jika tarian ini ada pada sekitaran abad ke-13. Pada waktu itu, tarian ini dilakukan sebagai tari persembahan untuk roh leluruh.
Berdasarkan buku Agama Hindu yang ditulis oleh Ida Bagus Sudirga dkk, dikatakan bahwa tari tor tor adalah salah satu peninggalan zaman Hindu di wilayah Sumatera. Oleh sebab itu, usia dari tarian ini sudah cukup tua karena sudah ada sejak lama.
Awalnya, tarian ini hanya berada di kawasan Toba, Samosir, dan beberapa wilayah Humbang. Namun, setelah menyebarnya agama Kristen di kota Silindung, tarian ini akhirnya dikenal sebagai tarian modern yang merupakan hasil dari kebudayaan suku Batak.
Menurut Togarma Naibaho, seorang praktisi dan pencinta budaya tari tor tor, dulunya tarian ini digunakan untuk upacara panen, penyembuhan, kematian, serta pesta atau hiburan anak muda. Namun sebelum melaksanakan tarian itu, perlu melalui ritual tertentu.
Pada masa penjajahan, tarian ini menjadi kesenian yang menghibur para raja yang juga merupakan bentuk perlawanan kepada tentara Belanda. Raja-raja itu memanfaatkan bunyi dari tari tor tor sebagai sebuah isyarat untuk masyarakat.
Salah satu contohnya adalah ketika ada bunyi yang ditabuh, maka itu berarti tentara Belanda telah tiba. Sedangkan, jika ada bunyi gordang maka masyarakat harus segera mengungsi.
Walaupun tor tor merupakan tarian tradisional Indonesia, namun ternyata tarian ini mendapat pengaruh dari budaya India. Bahkan, jika ditelusuri lebih jauh, tarian ini berkaitan dengan budaya Babilonia.
Pada masa itu, dalam praktiknya tarian tor tor melibatkan beberapa patung yang terbuat dari batu. Patung tersebut kemudian di percaya telah dimasuki roh sehingga patung tersebut akan ‘menari’.
Akan tetapi, tarian tor tor di daerah Pahae lebih dikenal sebagai tarian yang gembira dengan lagu berpantun yang disebut tumba. Dari sinilah kemudian tari tor tor tak lagi dikaitkan dengan roh dan unsur ghaib.